Tentang yang Mereka Sebut Pasangan Hidup

Ada beberapa kemelut hidup yang pelan-pelan akan kau temui masa dimana mau tidak mau akan kau bahas.

Tak peduli bagaimanapun mengelak, umurmu tak akan berhenti. Lalu tiba saatnya kau diharuskan, siap tidak siap harus menjadi dewasa.

Pernikahan.

Satu kata yang siap membuat hidupmu berputar 360 derajat. Jangan tanya bagaimana aku tahu rasanya, karena aku sendiri belum menikah. Tapi bukankah pengalaman orang lain adalah salah satu sumber terbaik sebuah ilmu?

Beberapa malam yang lalu, sempat aku merasa gundah. Undangan teman seangkatanku (untuk yang ke 4 kalinya) hadir. Tak secara khusus memang aku diundang, tapi aku tahu, sudah 4 teman seangkatan kuliahku, seperjuanganku menuntut kerasnya ilmu psikologi, telah menikah (yang satu akan menikah dalam hitungan hari).

Gundah? Entahlah itu perasaan yang normal atau tidak atas situasi ini, tapi aku harus jujur atas perasaanku sendiri. Ditambah lagi banyak postingan teman temanku yang lain memamerkan kemesraan mereka dengan pasangan (yang seringnya temanku sendiri juga) di banyak media sosial. Mengelak demi perasaanku sendiri? Percayalah, berulang kali berusaha kulakukan, tapi yang ada aku mendapat pelajaran dari tupai. Sepintar apapun ia melompat ia pasti akan jatuh juga. Begitu juga aku. Sepintar apapun aku mengelak menyaksikan postingan “pameran” kemesraan banyak pasangan di luar sana, tetap aku tak bisa.

Lalu, hidup mengetuk pikiranku. Menamparku sedikit keras atas kebodohanku membiarkan diriku sendiri merana terlalu jauh. Terlalu dalam untuk hal yang terlalu, entahlah.

Hidup menyuguhkanku kenyataan. Sebuah fakta yang terpampang jelas dihadapanku, yang seharusnya kuperhatikan sebelum kubiarkan gundah menyelimutiku.

Mencari pasangan hidup bukan perihal semudah membeli sandal jepit. Sandal jepit bisa dengan mudah kau temukan di warung. Bahkan di pinggir jalan banyak penjaja sandal jepit dengan ragam model dan harga. Tak perlu kau terlalu menyulitkan dirimu dalam sebuah pencarian. Sandal jepit itu kebutuhan sejuta umat. Tapi lagi, bukan sandal jepit topik utama disini.

Entah harus dengan apa pencarian pasangan hidup itu diibaratkan. Mungkin tak perlulah. Jika kau butuh penyelesaian soal matematika, ada jutaan buku rumus yang bisa membantumu, tapi penyelesaian pencarian pasangan hidup, bahkan ada orang yang baru menemukannya di masa senja hidupnya.

Kau boleh berangan panjang, mengurutkan semua persyaratanmu atas impian seorang pasangan hidup ideal menurutmu. Tapi kembali lagi, suratan jodoh bukan di tanganmu. Kau dipersilakan berusaha memilih yang terbaik, meskipun pilihanmu sebenarnya sudah disimpan sang Pencipta Hidupmu. Menyenangkan bukan permainan semesta? Tak ada yang seinstan mie. Semua harus kau perjuangkan sendiri. Bahkan untuk mencari yang disebut orang belahan hati.

Pertunjukan yang disajikan hidup membuatku sadar, tak usah memusingkan jodoh yang hanya Tuhan yang tahu kapan akan dipertemukan denganmu. Mendidik diri sendiri untuk menjadi pribadi yang baik akan membuat waktumu jauh lebih bermanfaat dengan jaminan hasil yang akurat.

Satu hal yang pasti, jika dirimu baik, maka kelak jodohmu akan baik. Itu satu hal yang aku dan kau boleh percaya. Baik bukan saja perihal kata sifat. Baik bisa luas maknanya ketika baik itu tidak hanya tentang pribadimu sendiri. Baik juga bermakna bagaimana kau memposisikan dirimu berhubungan dengan orang di sekitarmu. Baik juga bermakna bagaimana kau bisa menghormati orang orang di sekitarmu yang memang seharusnya kau hormati.

Memilih pasangan hidup itu bukan perkara mencari orang yang kau senangi senyumnya, atau yang sekadar kau kagumi parasnya. Percayalah, kehidupan berjalan tak akan pernah memandang hal hal fisik ciptaan Tuhan. Sejelek apapun kau dikata orang, kau tetap punya hidup kan? Hidupmu tak berhenti hanya karena fisikmu tak cocok di mata seorang dua orang manusia.

Pasangan hidup itu orang yang mau menuntunmu saat hidup membuatnu dalam keadaan sulit. Ia sosok yang kau tahu tetap ada di sampingmu sedalam apapun kau terjatuh. Ia rela mengorbankan waktunya yang mungkin hanya satu dua menit hanya untuk menanyakan apakah kau sudah makan? Sesederhana hanya karena di kesibukannya ia tetap ingat ia tak ingin kau sakit. Pasangan hidup adalah orang yang kau tahu bisa mengembalikan senyummu saat hidup membuat kerutan kerutan di dahi dan pipimu. Pasangan hidup adalah sosok yang dengan bangga kau kenalkan pada dunia sebagai orang di balik bahagia dan sukses di hidupmu. Sesederhana karena kau tahu tanpa dukungannya, langkahmu tak akan sampai sejauh itu.

Pasangan hidup juga yang akan lebih mendekatkanmu pada Penciptamu. Yang akan lebih membuatmu menyayangi kedua orang tuamu dan juga orang tuanya yang kini juga setara dengan ayah ibumu di rumah. Pasangan hidup adalah yang selalu menyebutmu dalam doanya, hanya karena ia tahu ia cuma manusia biasa; yang tak bisa 24 jam ada di sampingmu untuk menjagamu, maka ia pasrah memberikan penjagaannya pada Penciptamu.

Jangan kira aku sudah terlalu bijak dalam menjalani hidup karena menuliskan hal hal di atas. Aku bukan siapa siapa. Hanya perempuan penuh dengan mimpi dan masih mencari dengan siapa kelak ia akan mewujudkan semua mimpinya. Masih ada jiwa tak bernama yang selalu ada dalam doaku. Semesta belum mempertemukan kami, tapi aku percaya kami sama sama tengah saling menyiapkan diri.

Untukmu yang mungkin saat ini sudah menemukan pasangan hidupmu, berbahagialah. Jadikan ia sosok yang setiap saat kau menatapnya, kau bersyukur atas hidup yang diberikan Tuhan karena telah mempertemukan kalian.

Untukmu yang saat ini belum yakin apakah orang yang selalu kau genggam tangannya itu pasangan hidupmu atau bukan, maka jalani saja apa yang telah kalian perjuangkan. Yakinkan niat dalam diri dan berdoalah, semoga hidupmu mengarahkan kepada orang yang tepat. Harus diingat bahwa mengarahkan pada orang yang tepat mungkin akan melewati pertemuan dengan orang yang tidak tepat. Jika keadaan itu datang, tetaplah bersyukur. Kau tak akan pernah tahu apa itu benar ketika hidup tidak menunjukkan padamu apa itu salah.

Untukmu yang saat ini mungkin memiliki takdir yang sama denganku. Nikmati saja perjalanan hening ini. Kau tidak akan tahu bahagianya ditemani jika kau tidak menikmati sepi. Terus jadilah pribadi terbaik, yang terbaik yang kau inginkan kelak untuk sosok terbaik pasangan hidupmu nanti. Sebaik apa kau menginginkan pribadi pendampingmu, maka jadilah demikian. Semesta tak pernah mendustai doa dan usaha. Kelak, sosok itu akan datang. Mungkin di saat yang kau duga, tapi mungkin hidup akan memberimu kejutan. Selamat menikmati sunyi. Aku sendiri juga sedang menikmatinya sekarang. Kau tak sendiri.

Untuk siapapun sosok di luar sana, ada jiwamu dalam setiap doa. Aku tak menginginkan takdir terlalu cepat mempertemukan kita jika memang belum saatnya. Semua yang terlalu itu pasti banyak tak baiknya. Pemilik semesta lebih mengerti kapan waktu itu akan datang. Kita hanya dididik untuk lebih sabar menunggu. Karena itu akan lebih baik dari memperbaiki hati yang patah, yang mungkin entah sekian kalinya kau dan aku alami. Kepadamu jiwa yang entah, sampai bertemu dalam setiap doa. Kelak takdir akan berbaik hati mewujudkan doa doa kau dan aku dalam kejutan indah yang ditawarkan hidup hanya untuk kita.

Yk, 280915

About arunaputri

Woman with dreams
This entry was posted in Tak Berkategori. Bookmark the permalink.

Leave a comment